Semarang-(Ampera-News.Com)- Petugas gabungan masih melakukan pemantauan dan pendinginan usai padamnya kebakaran Gunung Merbabu. Sebagian lainnya mulai menginventarisasi kerusakan sumber mata air dan saluran akibat kebakaran hutan dan lahan seluas 848,5 hektare tersebut.
Ratusan petugas gabungan terdiri dari TNI-Polri, BPBD, Damkar, PMI dan relawan masih terus menyebar melakukan pemantauan di beberapa titik di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang untuk mengantisipasi kembali munculnya titik api di bekas lokasi kebakaran.
Selain menunggu proses pendinginan, beberapa petugas juga melakukan inventarisasi kerusakan sumber mata air dan saluran air akibat kebakaran yang menghanguskan 848,5 hektare hutan dan lahan di Kabupaten Semarang, Boyolali dan Magelang tersebut.
“Saat ini kami fokus pada kerusakan sumber mata air dan saluran yang rusak akibat kebakaran itu,” kata Camat Getasan, Kabupaten Semarang, Slamet Widada, Selasa, 31 Oktober 2023.
Slamet menjelaskan berdasarkan inventarisasi awal terhadap sumber mata air, beberapa sumber mata air yang ada di Gunung Merbabu di wilayah ini terganggu akibat kebakaran yang melanda sejak Jumat, 27 Oktober 2023. Kerusakan saluran air juga mengakibatkan ribuan warga di Dusun Ngaduman (Desa Tajuk) dan Nglelo (Desa Batur) terganggu.
“Selain melakukan inventarisasi juga perbaikan saluran air yang turut terbakar, sehingga diharapkan ketersediaan air bersih untuk warga tetap terjaga,” jelas Slamet.
Setelah Karhutla di Gunung Merbabu ini, Slamet menyebut, puluhan anak di desa terdampak diberikan layanan trauma healing oleh relawan dan petugas dari kepolisian, hal ini cukup penting agar puluhan anak-anak tidak mengalami trauma dan tetap dapat berkegiatan sebagaimana anak seusianya.
Sementara Kepala Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, Anang Sukoco, mengatakan ratusan petugas hingga saat ini masih disiagakan untuk mengantisipasi munculnya kembali titik api di kawasan Gunung Merbabu tersebut, selain proses pendinginan pemantauan di beberapa titik rawan terus dilakukan.
Medan yang berat serta keterbatasan sarana prasarana pemadaman, menurut Anang Sukoco menjadi sumber kesulitan pemadaman melalui jalur darat, namun setelah hujan pada malam hari mampu memadamkan kebakaran itu, sehingga rencana pemadaman menggunakan water boombing ditunda karena api telah padam.
“Mobil pemadam kebakaran tidak dapat menjangkau titik api, kami bersiaga di titik terdekat agar tidak merambat di perkampungan,” ujarnya.