AMERIKA, (Ampera-News.com) — Dunia media sosial di Amerika Serikat sedang mengalami pergeseran besar-besaran. Pengguna TikTok kini ramai-ramai beralih ke aplikasi buatan China lainnya, RedNote, menyusul ancaman pemblokiran TikTok di negara tersebut. Rabu (15/1/2025) Dalam beberapa hari terakhir, aplikasi RedNote—yang dikenal sebagai Xiaohongshu di China—melonjak menjadi aplikasi paling banyak diunduh di App Store AS, dengan lebih dari 300 juta pengguna aktif bulanan secara global.
Keputusan Mahkamah Agung AS yang menetapkan tenggat waktu hingga 19 Januari 2025 untuk TikTok menjual operasionalnya atau menghadapi pelarangan, menjadi penyebab utama migrasi ini. TikTok sendiri telah menegaskan tidak akan menjual bisnisnya di AS, meskipun keputusan tersebut bisa memengaruhi kebebasan berbicara 170 juta pengguna aktifnya di negara itu.
RedNote, yang menyambut pengguna TikTok dengan sebutan “Pengungsi TikTok,” menjadi tempat pelarian digital yang menarik perhatian. Topik “Pengungsi TikTok” bahkan telah diunggah sebanyak lebih dari 63.000 kali, dengan konten yang memberikan panduan kepada pengguna baru tentang cara menggunakan aplikasi ini, termasuk belajar beberapa frasa dasar dalam bahasa China.
RedNote memiliki banyak kemiripan dengan TikTok, namun menawarkan pendekatan unik yang membuatnya berbeda. Aplikasi ini dikenal sebagai platform berbagi gaya hidup, tempat pengguna bertukar tips tentang segala hal, mulai dari mode, kecantikan, hingga hubungan percintaan. Dengan algoritma konten berbasis minat, RedNote lebih memprioritaskan konten yang relevan daripada pengaruh dari akun populer, sehingga memungkinkan lebih banyak konten asli muncul di beranda pengguna.
Didirikan oleh Charlwin Mao dan Miranda Qu, perusahaan induk RedNote, Xingin Information Technology, berbasis di Shanghai, China. Nama Xiaohongshu, yang berarti “buku merah kecil” dalam bahasa Mandarin, sengaja dipilih untuk mencerminkan nilai komunitasnya. Namun, perusahaan memastikan bahwa nama ini tidak ada hubungannya dengan buku kutipan Mao Zedong, mantan pemimpin komunis China.
Salah satu tantangan utama bagi pengguna Amerika adalah bahwa sebagian besar fitur RedNote masih menggunakan bahasa Mandarin. Meskipun demikian, antusiasme pengguna AS tidak surut. Banyak pengguna justru merasa tertarik untuk belajar bahasa dan budaya baru demi beradaptasi dengan platform ini.
Popularitas RedNote yang tiba-tiba di AS menjadi fenomena menarik di tengah ketegangan geopolitik antara AS dan China. Langkah pemerintah AS terhadap TikTok telah memunculkan kekhawatiran tentang bagaimana kebijakan tersebut dapat memengaruhi lanskap media sosial secara global.
“RedNote seperti dunia baru bagi kami. Ini segar, berbeda, dan memberikan pengalaman yang tidak sepenuhnya ada di TikTok,” ujar seorang pengguna baru yang telah bermigrasi ke aplikasi tersebut.
Sementara RedNote meraup manfaat dari situasi ini, TikTok terus memperjuangkan eksistensinya di AS. Para pengacaranya menilai keputusan pemerintah AS bisa melanggar hak konstitusional para pengguna. Namun, hingga keputusan resmi diumumkan, TikTok menghadapi ancaman serius untuk kehilangan pasar besar di AS.
Dengan meningkatnya migrasi pengguna ke RedNote, tampaknya dunia media sosial akan terus beradaptasi dengan perubahan kebijakan, menciptakan peluang baru bagi platform yang mampu memenuhi kebutuhan digital masyarakat global. (red)