Jakarta, -(Ampera News) — Cerita mengenai King Kong, kera raksasa dengan kekuatan luar biasa di kisah-kisah fiksi, tak sepenuhnya fantasi. Primata terbesar macam itu pernah ada di Bumi.Ialah Gigantopithecus blacki yang merupakan kera terbesar yang pernah tercatat dan hidup di Bumi. Tingginya hampir 3 meter dan beratnya hampir dua kali lipat gorila.Ia merupakan ‘King Kong’ sebenarnya yang telah memikat imajinasi populer. Namun, kehilangannya merupakan salah satu misteri terbesar dalam bidang paleontologi.
Gigantopithecus blacki ini pertama kali diidentifikasi sekitar satu abad yang lalu dari gigi besar yang dijual sebagai obat “tulang naga” di apotek Hong Kong.
Kera besar yang diyakini punah karena kesulitan beradaptasi dengan perubahan vegetasi ini merupakan jenis primata pemakan tumbuhan.
Menurut profesor dan ahli geokronologi di Macquarie University di Australia, Kira Westaway, spesies ini berkembang biak sekitar 2 juta tahun yang lalu di lingkungan hutan muson subtropis dengan memakan buah-buahan.”Sekitar (700.000 atau) 600.000 tahun yang lalu kita mulai melihat perubahan lingkungan yang besar dan selama periode tersebut kita melihat penurunan ketersediaan buah-buahan,”.
Giganto [memakan] makanan pengganti yang kurang bergizi. Kami mendapat bukti dari pengamatan struktur giginya. Lubang dan goresan pada gigi menunjukkan bahwa ia memakan makanan berserat seperti kulit kayu dan ranting dari lantai hutan,” jelasnya.Mengingat kurangnya fosil non-kranial, sulit untuk mengetahui secara pasti seperti apa rupa GigantopithecusBlacki.Diketahui, gigi geraham atasnya 57,8 persen lebih besar dari gorila dan geraham bawahnya 33 persen lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa berat badannya berkisar antara 200 hingga 300 kilogram.Dengan ukuran yang begitu besar, kemungkinan besar Giganto hidup di tanah dan berjalan dengan kepalan tangannya.Berdasarkan analisis protein yang ditemukan pada fosil Gigantopithecus, ditunjukkan bahwa kerabat terdekatnya yang masih hidup saat ini adalah orangutan asal Kalimantan.
Penemuan fosil gigi di China Selatan
Selama hampir sepuluh tahun, para peneliti asal China dan Australia mengambil sampel sedimen dari 22 gua di wilayah Guangxi di China selatan yang berbatasan dengan Vietnam.
Ditemukan hasil, setengah dari gua tersebut berisi fosil Gigantopithecus, sementara setengahnya lagi tidak. Terdapat sekitar 2.000 fosil gigi dan empat tulang rahang dari spesies Gigantopithecus di gua-gua Tiongkok selatan.
“Gua-gua awal yang berumur 2 juta tahun memiliki ratusan gigi, tetapi gua-gua yang lebih muda di sekitar periode kepunahan – hanya ada 3-4 gigi,” kata Kira.
Penelitian dilakukan untuk melihat kapan fosil tersebut terkena sinar matahari dan sejak kapan berada di dalam gua.
Analisis isotop juga digelar terhadap unsur-unsur seperti karbon dan oksigen yang terkandung dalam fosil gigi Gigantopithecus untuk mencari tahu pola makan hewan tersebut.
“Gigi atau rahang bawah kera besar (berdasarkan bukti fosil yang ditemukan) mengalami proses kematian, pembusukan, pelapukan, pengangkutan, dan pengendapan yang sangat kompleks sebelum tertanam dalam sedimen gua,” jelas Kira.
Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan vegetasi hutan yang membuat Gigantopithecus memakan kayu dan ranting alih-alih makanan aslinya yakni buah-buahan.
(bintang)
Discussion about this post