Jakarta (Ampera-news.com) — PT Pertamina (Persero) hingga hari ini belum menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertamax, yakni masih Rp12.500 per liter. Padahal kompetitor lainnya telah menaikkan harga BBM berkadar RON 92 tersebut hingga Rp17.950 per liter.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati bilang, kebijakan tidak mengubah harga BBM tersebut untuk menahan migrasi konsumen pertamax ke pertalite. Jika konsumsi (pertalite) terus meningkat, maka negara akan menombok subsidi BBM RON 90 tersebut dengan nominal besar dan tidak sesuai dengan porsi yang dianggarkan dalam APBN.
“Kami ini masih menahan coba dengan harga Rp12.500 per liter. Karena kami juga pahami kalau pertamax kami naikkan setinggi ini maka shifting ke pertalite,” jelasnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, Rabu, 6 Juli 2022.
Ia menyebutkan, di tahun ini volume BBM subsidi jenis pertalite adalah sebesar 23,05 juta kiloliter. Namun konsumsi pertalite hari ini sudah melebihi volume yang ditetapkan dan akan terus bertambah hingga akhir tahun yakni mencapai 28,5 juta kiloliter.
Sementara itu terkait harga keekonomian, Nicke melanjutkan, penguatan harga minyak mentah akibat menurunnya suplai global, terutama dari Libya dan Ekuador, serta terbatasnya kemampuan produksi OPEC+ berdampak terhadap harga keekonomian BBM dan elpiji di Indonesia, termasuk harga pertalite.
Berdasarkan formulasi perhitungan yang dilakukan oleh Pertamina pada Juli 2022, harga keekonomian BBM bersubsidi pertalite berada pada angka Rp18.150 per liter. Pertamina menjual pertalite Rp7.650 per liter, sehingga setiap liter pertalite yang dibeli oleh masyarakat mendapatkan subsidi Rp9.550 per liter dari pemerintah.
Ia menyampaikan pihaknya akan terus memantau kondisi harga pasar dan melakukan koordinasi dengan pemerintah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai.
“Namun demikian kami pantau terus harga pasar dan kami selalu melakukan koordinasi dengan pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang sesuai,” pungkasnya.