Sorong-(ampera-news.com) – Sebanyak 250 cendikiawan atau sarjana kembali dilahirkan dari Universitas Terbuka (UT) Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.
Para cendikia didikan UT Sorong kali ini datang dari berbagai latar belakang seperti belum kerja, karyawan swasta, aparatur sipil negara (ASN) hingga Kepala Dinas.
Rata-rata dari mereka meski disibukkan oleh kepentingan pribadi (keluarga dan kerja), namun bisa lanjut hingga wisuda.
Herman Kalasuat (58) seorang wisudawan UT Sorong ini diketahui memiliki latar belakang pimpinan OPD di Kota Sorong.
Meski begitu, ia tak mau statusnya sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong menghalangi langkahnya agar mendapat gelar magister atau S2 di kampus.
“Saya hanya iseng masuk daftar dan memang ingin punya pendidikan lebih tinggi jadi magister,” ujar Herman kepada
Ia menyadari, sejak awal usianya sudah 58 tahun, namun diperkuat dengan motifasi dan kemauan dari dalam diri sendiri.
Walaupun usia sudah masuk kategori lanjut usia (lansia), pria asal Suku Moi Sorong itu terus didorong agar selalu mencoba.
“Usia sudah tua tapi saya nekat maju dan urusan lansia, kerja dan keluarga semuanya dikesampingkan sementara,” katanya.
Awalnya, Herman merasa berat memulai proses kuliah karena telah lama (lulus S1 2004) meninggalkan dunia kampus.
Meski begitu, seiring berjalannya waktu ia merasa nyaman dan menikmati proses kuliah sebagai mahasiswa pascasarjana.
Herman tak menyangka, selama mengikuti proses kuliah dan rasa ingin belajar lebih tinggi, membuat dia bisa sampai selesai.
“Saya dan teman di Magister Manajemen awalnya lebih dari 40 orang, namun beberapa gugur dan tersisa delapan yang lanjut hingga jadi sarjana,” jelasnya.
Menurutnya, proses menuntut ilmu tinggi tak harus anak muda atau yang punya uang, namun berawal dari kemauan.
“Orang Moi kamu jangan hanya S1, kalau bisa lebih dari itu karena sekarang tanah kita jadi Ibu Kota Provinsi dan pendidikan anak adat harus tinggi,” tegasnya.
Discussion about this post